Kamis, 10 Juni 2010

___MeNuNgGu___

"kriiiiiiiiiiiingggggg" bel sekolah berbunyi tanda aktivitas belajar mengajar selesai, aku bergegas membereskan semua buku dan keluar dari kelas, "ayo cepetan, aku takut dia nunggu lama" indah bergegas membereskan peralannya. " memang kamu ada janji sama siapa sih?" indah penasaran. indah dan aku bertetangga, kebetulan kami satu sekolah dan satu kelas, jadi kami selalu pulang dan berangkat bareng. "Kian bilang mau ketemu sama aku, kangen katanya, hehe" kedua ujung mulutku manarik 5cm sampai membentuk senyum lebar, seperti senyum kemenangan.kian adalah pacarku. "yakin kamu? terus febry gmana?" indah memastikan situasi. yuphz....febry adalah cowok kedua yang berstatus sebagai pacarku. kian dan febry sama-sama tau, dan aku berada diposisiku sekarang juga karena kenekatan mereka berdua.
aku ditha nadya, aku kelas satu di SMA Naluri. aku bukan cewek cantik, putih dan feminin yang bisa bikin cowok-cowok klepek-klepek. tapi justru itu yang bikin aku bingung, kenapa cowok-cowok itu nekat tetep deketin n mau jadi pacarku, padahal mereka semua tau aku udah punya cowok. aku sayang bgt sama kian begitu juga sebaliknya, kami udah pacaran selama 3tahun. bisa dibayangin selama 3tahun kita pacaran cowok-cowok itu gak pernah berenti xmx, telpon, bahkan ngajak jalan. bisa bayangin gak selebar apa kesabaran kian? tapi bukan berarti selama itu juga aku gak pernah makan hati. kian emank sayang sama aku tapi dia sangat menyukai dunia malam. dan itu yang selalu menyakitiku. bukaan..bukan...kian gak seumuran sama aku, kami beda 5tahun jadi dy udah bebas mau kemanapun.
aku pacaran backstreet dari keluarga soalnya belum boleh pacaran sama nyokap n kak nitha. kak nitha itu kakak perempuanku, kami cuma beda 2tahun.
"makanya cepetan sebelum kelasnya dia keluar duluan" aku menjawab pertanyaan indah masih dengan tergesah-gesah. febry satu tingkat diatasku makanya kami tidak sekelas. "terus kalau dia nanya gmana?" tanya indah, berhubung rumah ku dan febry lawan arah jadi kebersamaan kami hanya didalam sekolah, dia hanya sesekali menjemputku ditempat private."itu masalah nanti" aku menyepelekan, "tau dech yang punya cowok super baik". "iya donk, gw gitu..." sempet-sempetnya aku senyum. sambil jalan menuju terminal biz kami terus bercanda. sekolaah kami tidak jauh dari terminal biz jadi cukup jalan kaki. "iya tapi kamunya yang super jahat!" balas indah, bibirku langsung maju hampir 5cm. "bukan aku yang jahat, tapi dia yang mau" belaku, "iya...iya..." indah pasrah.
selama perjalanan aku menatap langit, bukan melamun tapi memikirkan alasan yang mau aku kasih buat nyokap n febry. "sssttttt.." indah menyikut lenganku, "apa?" tanyaku risih karena belum sempat menemukan alasan yang tepat untuk nyokap n febry. "kamu tuh yang kenapa?" kata indah " dari tadi melongo aja udah kaya sapi ompong" lanjut indah, " aku tuh lagi nyari alasan buat nanti dirumah, mamah pasti nanya kalau aku gak pulang bareng kamu" jawabku dengan nada tak bergairah. "cuma itu?" tanya indah, "maksudnya?" aku bingung. "kak nitha?", mataku langsung melotot seolah-olah mau keluar dari sarangnya " OMG..oiya, mudah-mudahan kak nitha pulang telat ya" ngarep bgt. "amin..." balas indah.
seperti biasa kian menunggu ku diujung jalan rumah, aku melihat sosok yang setiap hari aku rindukan bersandar pada pohon besar. "aku kesitu dulu ya..." aku pamit padaa indah, "mmm" indah hanya mengangguk. dia melihat ku dan aaku tidak pernah bisa menyembunyikan perasaanku setiap kali melihatnya tersenyum karena dia punya lesung pipi dan gigi tanggalnya yang terlihat disela-sela bibirnya yang senyum padaku. dia memang selalu membuat dadaku berdetak lebih cepat dari biasanya. " hai " sambil menyunggingkan senyum terindah yang kupunya. "hai juga, capek ya?" seperti biasa dia melihatku lepek karena keringat, dia hanya menggacak-ngacak rambutku, dan bagian itu yang paling aku suka. " udah lama?" aku berharap dia hanya menungguku selama 5menit. "lumayan " jawaban yang singkat, padat dan jelas, tetapi senyumnya tak pernah hilang dari bibirnya. " maaf ya ","gak papa kok" menenangkan aku yang merasa bersalah. " jangankan 1jam, 30tahun pun aku akan nunggu kok" kemenangan langsung tergambar jelas diwajahku, senyum yang sangat lebar tanpa sadar muncul diujung bibirku, dan jantungku lompat-lompat kegirangan.
tapi tiba-tiba jantungku sangat cepat, tapi itu bukan karena senyumnya, aku merasa ada firasat tidak baik yang akan terjadi setelah ini, senyum belum lenyap dari bibirku karena aku tak mau dia khawatir. pandanganku kosong keseberang jalan, namun otak ku bekerja keras memikirkan apa yang sedang terjadi dirumah, saat kesadaranku kembali, aku hanya diam dengan mulut menganga tanpa sadar, aku masih ingat saat indah menanyakannya dibiz, "kak nitha?" suaranya seolah-olah terdengar kembali. yuphzzzz...kini bukan hanya namanya tapi orang nya berada diseberang jalan yang sedang kupandangi, dia baru saja turun dari biz.
"aku harus sembunyi, sebelum kak nitha melihatku" bisikku dalam hati, seolah-olah kak nitha bisa mendengar kata-kataku tadi. aku menarik pandanganku dan reflek bersembunyi dibalik pohon. "knpa?" kian heran melihat tingkahku. "sini.." tanganku langsung menggapaai tangannya. namun terlambat aku menyelamatkan kekasih hatiku, mata kak nitha terlanjur menemukan sosok kian, dan pasti sedikit bayanganku disana.
meskipun lebih tua dari kak nitha, kian tidak berminat mencari gara-gara dengan dengan kak nitha. "OMG...mampus gw" sampil menepukan telapak tanganku dijidatku. "kamu jangan ngeliatin dia, plissss" aku memohon pada kian agar tidak mengarahkan matanya pada kak nitha. kak nitha tau hubunganku dan kian karena rumah kian dan rumahku hanya bedda gang, dan dari yang aku dengar kak nitha pernah melabrak kian dan melarangnya untuk berhubungan denganku. tapi kian dan kak itha sendiri tak pernah membahas masalah itu padaku. dan aku pun tak pernah berani untuk bertanya.

Selasa, 08 Juni 2010

___GaRa-GaRa_FiLm___

gw gak suka berpikiran sempit tentang banyak hal, misalnya tentang keluarga, pershabatan, belajar, bahkan status. tapi gw sadar 1 hal, gw gak bisa berpikir luas tentang suatu hubungan, antara gw dan makhluk yang disebut laki-laki. cara pandang gw terhadap mereka berubah sejak gw kenal sama satu cowok yg bikin gw sadar gak semua yg gw mau bisa gw dapet n gak semua cowok mau ngelakuin semua hal buat gw. sejak itu gw gak percaya dengan kemampuan gw menaklukan cowok. ditambah dengan lingkungan sekitar gw yang bikin gw tambah sadar "banyak warna" dalam hidup. dan salah satunya karakter orang. gw gak bisa maksain cowok buat sayang sama gw setulus hati. tapi bukan berarti gw gak pernah pacaran lama, gw pernah ngejalanin hubungan lama sampe 3 tahun, n itu tetep jadi cerita terindah dalam hidup gw sampe sekarang. gw gak pernah berpikir jelek tentang dy, walaupun dy udah berkeluarga sekarang tapi gw berharap gw bakal ketemu sama cowok yg kaya dy. bukan fisik atau materinya yg gw mau, tapi cara dy sayang sama gw n caranya dalam memandang suatu hubungan. dari sekian banyak warna yg gw tau tentang cowok, yg bisa gw liat cuma warna hitam, gak tau kenapa. gw ngerasa cowok yg paling baik itu cowok yang ada disebelah gw sabagai teman bukan sebagai pacar. dan cowok paling berbahaya adalah cowok yang mau gw jadi pacarnya. gw pacaran sama cowok tapi nganggep itu sebagai perang gender, bukan buat saling mendalami karakter. entahlah tapi diotak gw cuma ada kalimat "jangan mudah bertekuk lutut sama cowok".
gw gak suka sama hal-hal yg bisa bikin gw mikir tentang kesalahan gw dalam memandang cowok, karena itu bisa mempengaruhi gw dalam berkomitmen. sampe detik ini gw belum siap berkomitmen dengan siapa pun, gw gak mau buang-buang waktu dengan kata "komitmen" yang ujung-ujungnya tetep harus merelakan hubungan selesai gitu aja tanpa mikirin komitmen yang pernah dibikin. komitmen bukan suatu hal yang dijalanin setengah-setengah. kalau gw gak yakin sakin sama cowok itu ya gw gak mau pura-pura serius. gw gak butuh kepura-puraan dalam hal apapun terutama dalam ngejalanin hubungan. gw yakin cowok yang bakal nemenin gw seumur hidup adalah cowok terbaik. tapi emank gw mesti berusaha keras buat lebih percaya sama perasaan seseorang.
satu lagi gw lebih takut buat pacaran or berkomitmen dari pada mesti jalan, kuliah, n ngelakuin semuanya sendiri alias jomblo. gw gak paranoid sama status jomblo tapi gw paranoid sama kata "komitmen".